Ini adalah tempat curahan perasaan, pemikiran dan kekagumanku akan segala hal di sekelilingku.
Wednesday, September 07, 2005
Antara Aku, Seni, dan Teknologi
Secara kebetulan kedua rasa ini muncul dalam diri saya. Terkadang menyenangkan memiliki kedua rasa ini dan membuat hidup lebih bermakna. Menghabiskan banyak waktu dengan aktivitas-aktivitas yang berkenaan dengan kedua rasa itu. Namun salah satu rasa bisa terasa lebih dominan dan muncul pada saat yang kurang tepat sehingga agak merepotkan juga. Misalnya ketika akan melakukan pekerjaan yang berkenaan dengan teknologi, tiba-tiba rasa seni yang muncul secara dominan dan mengalahkan suasana hati dan pikiran tentang rasa teknologi. Terkadang juga muncul keduanya dengan porsi yang seimbang dan bisa saling berimbang. Jika ini terjadi, biasanya bisa menghasilkan sesuatu yang lebih maksimal.
Tuesday, September 06, 2005
Away from My Son
Until now, it's the first time to be away from my son for such a long time. I have to finish my magister program in MTI UI (hopefully another one semester). He was with me and family in the first and second semester and should be away for his first year study in Palembang. I know he and I both sad with this situation but we don't have better choices.
I keep on thinking of him and can't help calling him on the phone. Boy, I really care about you and miss you every single day. I can't resist my self to wonder what you are doing and what happen to you.
Be a tough boy. I'm sure you can.
Wednesday, August 24, 2005
STMIK MDP Fun Outbound
Liburan kuliah saya (MTI UI) dimanfaatkan untuk pulang ke Palembang. Niatnya santai dan bertemu keluarga dan teman-teman di kampus tempat saya mengajar (STMIK MDP Palembang). Ternyata rencana santai tinggal rencana. Dua hari setelah sampai di Palembang ada panggilan dari BI karena masuk lima besar Lomba Karya Tulis Imovation dan mesti presentasi makalah di Jakarta. Setelah pulang, saya juga dilibatkan dalam kegiatan akademis di kampus. Awal Agustus lembaga mengirim saya kursus Cisco di Jakarta. Jenuh juga otak ini rasanya tapi senang juga dapat ilmu baru meskipun waktu santainya jadi berkurang banyak.
Di akhir liburan ke Palembang, STMIK MDP mengadakan Fun Outbound di Pagaralam Sumsel. Lumayan seru dan mengendorkan urat syaraf otak. Acara yang bagus dan perlu dipertimbangkan untuk dibuat lanjutannya. Rasanya jadi tambah dekat dengan teman-teman dekat.
Friday, July 08, 2005
Kangen
Setelah mengikuti acara Lomba Karya Tulis dalam Rangka Imovation di Bank Indonesia, hari ini saya pulang ke Palembang. Sudah kangen sekali dengan anak-anak dan istri, juga rekan-rekan di STMIK MDP.
Masih banyak yang akan dikerjakan. Semoga bisa berjalan dengan sukses. Pelajari, kerjakan dan berdo'a. Semoga Allah selalu dan senantiasa melindungi dan memberkahi.
Masih banyak yang akan dikerjakan. Semoga bisa berjalan dengan sukses. Pelajari, kerjakan dan berdo'a. Semoga Allah selalu dan senantiasa melindungi dan memberkahi.
Wednesday, July 06, 2005
Yang Hilang dan Berganti
Hampir dua bulan yang lalu ketika berada di Bandung Electronic Center, saya kecopetan PDA yang saya taruh di saku samping celana saya. Mungkin peristiwa itu terjadi saat berada di lift yang penuh sesak. Ada rasa 'kehilangan' yang cukup terasa karena PDA itu sudah terlanjur akrab dibawa ke sana-sini. Namun saat itu istri saya berkata bahwa mungkin itu sudah bukan rejeki kita lagi.
Saya ikhlas barang itu hilang karena memang semua titipan Allah. Sewaktu-waktu bisa saja diambil lagi. Namun saya sempat berkata bahwa pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih bagus. Ternyata benar, hari ini saya bahkan mendapatkan sebuah notebook Toshiba yang tentu saja lebih mahal dari PDA itu. Alhamdulillah. Tak henti-hentinya Allah memberikan nikmat pada saya meski saya masih kurang pandai bersyukur.
Saya ikhlas barang itu hilang karena memang semua titipan Allah. Sewaktu-waktu bisa saja diambil lagi. Namun saya sempat berkata bahwa pasti Allah akan menggantinya dengan yang lebih bagus. Ternyata benar, hari ini saya bahkan mendapatkan sebuah notebook Toshiba yang tentu saja lebih mahal dari PDA itu. Alhamdulillah. Tak henti-hentinya Allah memberikan nikmat pada saya meski saya masih kurang pandai bersyukur.
Saturday, July 02, 2005
Majalah LinuxFocus
Setelah cukup lama menunggu akhirnya hasil terjemahan di LinuxFocus tampil juga. Maklumlah, ketua timnya lagi sibuk sekali sekarang mempersiapkan perkawinannya.
Terjemahan dokumentasi LTSP yang baru selesai sebagian (kecil) juga sudah 'nongol' di situsnya. Ternyata masih banyak kesalahan ketik :( Dan yang jelas, masih banyak yang perlu diterjemahkan. Tapi setidaknya, usaha untuk berkontribusi sudah dimulai meski dalam bentuk yang sangat sederhana.
Terjemahan dokumentasi LTSP yang baru selesai sebagian (kecil) juga sudah 'nongol' di situsnya. Ternyata masih banyak kesalahan ketik :( Dan yang jelas, masih banyak yang perlu diterjemahkan. Tapi setidaknya, usaha untuk berkontribusi sudah dimulai meski dalam bentuk yang sangat sederhana.
Wednesday, June 29, 2005
Putriku
Hidup ini jadi lebih bermakna
Saat kau hadir hiasi keluarga
Kau bak bunga yang indah
Yang harum wangi merekah
Semangatku ada padamu
Kau adalah hiburanku selalu
Jadilah kau putri shalehah
Yang menjadi kebanggaan ummah
Jalani hidup dengan istiqamah
Selalu yakin dan pantang menyerah
Tak kan ada rintangan mengganjal
Asalkan kau selalu tawakal
Fachrina Safira
Kaulah permata kebanggaanku
Tuesday, June 21, 2005
I am just another Linux user
1987: I found myself interested in a strange stuff called computer. My friend introduced that stuff to me. I was very impressed to see how it worked eventhough it was not that sofisticated like today's. Trying to play a bit, learned how DOS worked to see directory, copy, rename, delete a file. I found that my floppy got boot sector virus, but I didn't know what to do. I also learned about word processing, WordStar.
1991: I had to learn more about computer. There was programming subject in the Civil Enggineering department. Fortran was the language I should learn. I also found myself in the middle of being impressed with basic programming but I didn't learn about it in deep.
During this year also, the first time in my life, I worked on a computer using harddisk. That was on PC AT 286.
1991: I had to learn more about computer. There was programming subject in the Civil Enggineering department. Fortran was the language I should learn. I also found myself in the middle of being impressed with basic programming but I didn't learn about it in deep.
During this year also, the first time in my life, I worked on a computer using harddisk. That was on PC AT 286.
Friday, June 17, 2005
Terjemahan OpenOffice
Baru bergabung dengan proyek penerjemahan OpenOffice.org. Terima kasih buat Willy Sudiarto yang telah mengijinkan bergabung di proyek ini. Lumayan, sekedar kontribusi kecil buat open source.
Dari semalam saya sudah menerjemahkan dua dokumen kecil tapi sayang belum bisa dikirim karena koneksi internetnya loyo. Maklumlah cuma bisa pakai GPRS dari rumah. Mudah-mudahan nanti bisa dikirim secepatnya.
Dari semalam saya sudah menerjemahkan dua dokumen kecil tapi sayang belum bisa dikirim karena koneksi internetnya loyo. Maklumlah cuma bisa pakai GPRS dari rumah. Mudah-mudahan nanti bisa dikirim secepatnya.
Thursday, June 16, 2005
Cina Batasi "Kebebasan Blog"
Kebijakan pemerintah Cina membatasi tulisan-tulisan di blog yang mengandung kata-kata terlarang seperti "demokrasi", "demonstrasi", "kebebasan" dan lain-lain. Kalaulah kata-kata tersebut diberlakukan di sini, tentu tulisan ini akan diblokir.
Mudah-mudahan ini tidak terjadi di Indonesia. Kebebasan berbicara dan menulis merupakan hak asasi manusia. Selama tidak menghina pemerintah atau orang lain, saya rasa orang bebas saja untuk menulis. Setiap orang bebas untuk mengemukakan pendapatnya, komentarnya, dan pengalamannya. Kalau kebebasan ini sudah dibelenggu maka yang akan terjadi adalah keterkungkungan.
Mudah-mudahan ini tidak terjadi di Indonesia. Kebebasan berbicara dan menulis merupakan hak asasi manusia. Selama tidak menghina pemerintah atau orang lain, saya rasa orang bebas saja untuk menulis. Setiap orang bebas untuk mengemukakan pendapatnya, komentarnya, dan pengalamannya. Kalau kebebasan ini sudah dibelenggu maka yang akan terjadi adalah keterkungkungan.
Monday, June 13, 2005
RindukanMu
Tak kuasa kumenahan rindu ini
Untuk selalu kembali berjalan bersamaMu
Nikmati keindahan kala sunyi
Hanya dengan memujiMu
Meski banyak yang rindukanMu
Meski kasihMu terbagi pada yang lain
Ku tak akan cemburu
Ku tak akan patah hati
Walau tak jumpa denganMu
Seakan Kau ada di dekatku selalu
Temani aku resapi keindahan
Yang tak bisa kuungkapkan
Untuk selalu kembali berjalan bersamaMu
Nikmati keindahan kala sunyi
Hanya dengan memujiMu
Meski banyak yang rindukanMu
Meski kasihMu terbagi pada yang lain
Ku tak akan cemburu
Ku tak akan patah hati
Walau tak jumpa denganMu
Seakan Kau ada di dekatku selalu
Temani aku resapi keindahan
Yang tak bisa kuungkapkan
Ego diri, Persembunyian, atau Eksklusifitas
Para praktisi, akademisi, atau sekedar pengguna teknologi informasi biasa kerap kali menggunakan istilah-istilah teknis berbahasa Inggris yang kerap kali membingungkan orang 'awam'. Tak jarang, orang yang tidak mengerti istilah-istilah ini disebut sebagai gaptek, ketinggalan jaman, atau mengalami kesenjangan digital (digital divide). Dalam kesempatan bicara di muka umum, seminar misalnya, bahasa campuran Inggris-Indonesia pun sering digunakan. Semakin bingunglah orang awam. Ditambah lagi dengan pelafalan kata-kata Inggris yang 'kurang pas'.
Nampaknya kurang afdol jika tidak menggunakan istilah-istilah tersebut dan mau tidak mau memang mesti digunakan. Seakan tidak ada cara lain yang bisa ditempuh untuk mendidik masyarakat umum tentang teknologi informasi. Saya pernah membaca pengalaman seorang teman yang berbicara pada sebuah seminar TI yang hadirinnya adalah para siswa SMU. Para hadirin nampak tanpa ekspresi mendengarkan apa yang beliau sampaikan. Tak heran kalau hal itu terjadi. Memang harus kita akui bahwa komunitas TI seolah kamu eksklusif dengan segala jargon-nya.
Nampaknya kurang afdol jika tidak menggunakan istilah-istilah tersebut dan mau tidak mau memang mesti digunakan. Seakan tidak ada cara lain yang bisa ditempuh untuk mendidik masyarakat umum tentang teknologi informasi. Saya pernah membaca pengalaman seorang teman yang berbicara pada sebuah seminar TI yang hadirinnya adalah para siswa SMU. Para hadirin nampak tanpa ekspresi mendengarkan apa yang beliau sampaikan. Tak heran kalau hal itu terjadi. Memang harus kita akui bahwa komunitas TI seolah kamu eksklusif dengan segala jargon-nya.
Sunday, June 12, 2005
Cinta tak berakhir
NamaMu selalu kusebut dalam hatiku
Tak bisa kubayangkan wujudMu
Karena memang Kau tak terbayangkan
Dan tak bisa dibayangkan
Ku tahu Kaulah yang selalu ada
Saat kumemandang sesuatu
Saat kumendengar sesuatu
Saat kumengagumi sesuatu
Sunyi terasa di sekelilingku
Jika kuhadirkan diriMu
Dalam sanubariku
Terhanyut aku.. tersungkur aku..
Tak ada yang pantas
Menggantikan diriMu dalam hatiku
Tak ada yang layak
Menjadi kekagumanku selain diriMu
Kan kucintai Kau
Tanpa ada batas waktu
Dan ku yakin
Hanya cinta pada diriMu lah
Yang mampu membuatku
Jalani hidup ini
Tak bisa kubayangkan wujudMu
Karena memang Kau tak terbayangkan
Dan tak bisa dibayangkan
Ku tahu Kaulah yang selalu ada
Saat kumemandang sesuatu
Saat kumendengar sesuatu
Saat kumengagumi sesuatu
Sunyi terasa di sekelilingku
Jika kuhadirkan diriMu
Dalam sanubariku
Terhanyut aku.. tersungkur aku..
Tak ada yang pantas
Menggantikan diriMu dalam hatiku
Tak ada yang layak
Menjadi kekagumanku selain diriMu
Kan kucintai Kau
Tanpa ada batas waktu
Dan ku yakin
Hanya cinta pada diriMu lah
Yang mampu membuatku
Jalani hidup ini
Engkau di Mana
Saat si kecil suhu tubuhnya meninggi
Terkulai lemah tak banyak reaksi
Hanya tangis ungkapan derita
Hanya itu yang dia bisa
Kala perut lapar tanpa isi
Tak bisa memenuhi kebutuhan gizi
Mereka minta pada siapa
Mereka berusaha namun tak kuasa
Ketika tikus mati
Kaku terkapar di lumbung padi
Tak banyak yang memandang
Hingga jumlahnya tak terbilang
Saat itu kau di mana?
Tidakkah kau tau semua?
Coba sejenak rasakan
Sungguh itu menyakitkan
Terkulai lemah tak banyak reaksi
Hanya tangis ungkapan derita
Hanya itu yang dia bisa
Kala perut lapar tanpa isi
Tak bisa memenuhi kebutuhan gizi
Mereka minta pada siapa
Mereka berusaha namun tak kuasa
Ketika tikus mati
Kaku terkapar di lumbung padi
Tak banyak yang memandang
Hingga jumlahnya tak terbilang
Saat itu kau di mana?
Tidakkah kau tau semua?
Coba sejenak rasakan
Sungguh itu menyakitkan
Indonesia Teriris
Andai saja Indonesia punya hati maka pastilah terasa teriris saat ini. Akhir tahun lalu tsunami meluluhlantakkan Aceh dan sekitarnya, setelah itu gempa mengguncang kawasan Nias, belum lagi pedih itu hilang, bocah-bocah kecil penerus bangsa ini terkena folio dan lumpuh layu, dan kini busung lapar pun menewaskan belasan bocah kecil tak berdaya.
Tidak hanya itu yang mengiris perasaannya. Begitu banyak masalah terungkap dan terangkat dalam kehidupan masyarakat. Beban ini beban kita semua. Kita semua yang melakukan perbuatan yang tidak semestinya. Kita semua yang membiarkan itu terjadi. Kita semua yang kurang cermat dan bijak dalam menjalani hidup. Memang mungkin tidak semua kita terlibat menjadi "pelaku" tapi kita membiarkan semua itu terjadi.
Tidak hanya itu yang mengiris perasaannya. Begitu banyak masalah terungkap dan terangkat dalam kehidupan masyarakat. Beban ini beban kita semua. Kita semua yang melakukan perbuatan yang tidak semestinya. Kita semua yang membiarkan itu terjadi. Kita semua yang kurang cermat dan bijak dalam menjalani hidup. Memang mungkin tidak semua kita terlibat menjadi "pelaku" tapi kita membiarkan semua itu terjadi.
Sunday, June 05, 2005
Sweeping Membawa Berkah
Pasca sweeping yang dilakukan aparat terhadap warnet di beberapa daerah di Indonesia, blog di linux.or.id ramai dengan pembicaraan seputar migrasi ke Linux. Blog? Ya, di blog, meskipun sudah ada milis Linux tapi tidak ada salahnya menggunakan blog. Saya jadi teringat ketika UU Haki akan dan mulai diberlakukan, milis-milis Linux pun ramai membicarakan isu migrasi ini.
Cukup banyak warnet yang mulai memikirkan dan bahkan telah melakukan migrasi ke Linux atas pertimbangan biaya tentunya. Meskipun pemerintah tengah memikirkan solusi pemutihan penggunaan perangkat lunak di warnet dengan cara subsidi kepada warnet namun tetap saja harus mengeluarkan sejumlah uang untuk dapat sepenuhnya memenuhi persyaratan.
Cukup banyak warnet yang mulai memikirkan dan bahkan telah melakukan migrasi ke Linux atas pertimbangan biaya tentunya. Meskipun pemerintah tengah memikirkan solusi pemutihan penggunaan perangkat lunak di warnet dengan cara subsidi kepada warnet namun tetap saja harus mengeluarkan sejumlah uang untuk dapat sepenuhnya memenuhi persyaratan.
Friday, June 03, 2005
Diskriminasi Linux???
Rabu kemarin saya mampir ke Mal Mangga Dua. Niatnya mencari wadah eksternal (external case) untuk cakram keras (harddisk) 3.5" sebagai teman notebook saya jika butuh tempat penyimpanan ekstra. Maklumlah, jika harus membeli cakram keras eksternal harganya cukup mahal. Di satu toko akhirnya saya temukan model yang menarik sesuai selera saya, mereknya Smart-drive. Penampilannya manis dan terbuat dari aluminium. Di kotak kemasan ditulis keterangan yang menerangkan bahwa perangkat ini cocok digunakan untuk sistem operasi Mac OS, Win 98SE, Win XP, Win ME, dan Win 2000. Linux???
Sunday, May 29, 2005
A Cup of Java
Secangkir kopi merupakan hidangan ringan yang sangat umum di beberapa belahan dunia, baik dalam jamuan resmi atau sekedar duduk santai di bale-bale bambu. Bagi sebagian orang, secangkir kopi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari acara ngobrol.
Mungkin anda sudah tahu kalau di luar negeri secangkir copy kerap disebut a cup of java. Saya tidak tahu persis apakah mereka menyebutnya demikian karena kopinya sebagian berasal dari Jawa. Tapi yang terang memang ada kaitannya dengan kopi dari Jawa.
Kalau kita mencari di internet frase "a cup of java" maka mesin pencari mengaitkannya dengan bahasa pemrograman Java. Bahasa ini pun dinamakan demikian setelah tim pengembangnya pada suatu ketika membicarakan tentang penggantian nama bahasa tersebut di kedai kopi (coffee shop). Nama bahasa pemrograman itupun akhirnya diubah dari yang semula bernama Oak. Bagi sebagian orang ini terdengar aneh. Yah, kadang-kadang memang orang memilih nama dengan cara yang aneh. Saya pun bertanya-tanya dalam hati tentang asal usul nama bahasa C. Ternyata bahasa itu kelanjutan dari bahasa B.
Secangkir kopi tak jarang menjadi teman mencari inspirasi atau bahkan sumber inspirasi itu sendiri.
Mungkin anda sudah tahu kalau di luar negeri secangkir copy kerap disebut a cup of java. Saya tidak tahu persis apakah mereka menyebutnya demikian karena kopinya sebagian berasal dari Jawa. Tapi yang terang memang ada kaitannya dengan kopi dari Jawa.
Kalau kita mencari di internet frase "a cup of java" maka mesin pencari mengaitkannya dengan bahasa pemrograman Java. Bahasa ini pun dinamakan demikian setelah tim pengembangnya pada suatu ketika membicarakan tentang penggantian nama bahasa tersebut di kedai kopi (coffee shop). Nama bahasa pemrograman itupun akhirnya diubah dari yang semula bernama Oak. Bagi sebagian orang ini terdengar aneh. Yah, kadang-kadang memang orang memilih nama dengan cara yang aneh. Saya pun bertanya-tanya dalam hati tentang asal usul nama bahasa C. Ternyata bahasa itu kelanjutan dari bahasa B.
Secangkir kopi tak jarang menjadi teman mencari inspirasi atau bahkan sumber inspirasi itu sendiri.
Pengisi Daya Nirkabel
Sekitar dua tahun yang lalu, saya membayangkan suatu saat orang akan membuat pengisi daya nirkabel (charger) dan sumber daya nirkabel. Wacana ini saya bicarakan dengan teman-teman dalam obrolan 'warung kopi' yang sering kami lakukan pada istrirahat makan siang atau di pelataran mesjid sebelum shalat. Teman-teman saya hanya tersenyum dan memberikan komentar singkat. Mungkin mereka sudah maklum saja karena saya seringkali membicarakan ide-ide 'gila' sambil setengah berguyon.
Pagi ini, pikiran tersebut terlintas lagi di benak saya. Sambil mengisap rokok (maaf, lupa disensor - merokok tidak baik untuk kesehatan) dan mendengarkan lantunan 'Dazed and Confused'-nya Led Zeppelin lewat Yahoo!LAUNCHcast Radio, saya buka Google dan mencari dengan kata kunci "wireless charger". Kejutan! (terjemahan dari kata Surprise!) ternyata sudah ada yang mewujudkan ide tersebut menjadi sebuah produk bahkan sejak 2002 (mungkin lebih awal lagi). Selain itu Edison GE bahkan sudah membuat PowerDesk yang bersifat masal. Ada juga produk yang disebut SplashPower yang mirip dengan PowerDesk. Meskipun tidak persis seperti yang saya bayangkan waktu itu namun paling tidak khayalan saya sudah diwujudkan oleh para ilmuwan di balik produk-produk tersebut.
Sebenarnya ada lagi produk khayalan yang ingin saya lihat yaitu flash disk dengan konektifitas bluetooth. Flash disk cukup dikalungkan di leher dengan kode pemasang (pairing) yang sudah kita isi sebelumnya. Kita tidak perlu mencolokkan flash disk tersebut ke USB. Sudah adakah produk seperti ini?
Pagi ini, pikiran tersebut terlintas lagi di benak saya. Sambil mengisap rokok (maaf, lupa disensor - merokok tidak baik untuk kesehatan) dan mendengarkan lantunan 'Dazed and Confused'-nya Led Zeppelin lewat Yahoo!LAUNCHcast Radio, saya buka Google dan mencari dengan kata kunci "wireless charger". Kejutan! (terjemahan dari kata Surprise!) ternyata sudah ada yang mewujudkan ide tersebut menjadi sebuah produk bahkan sejak 2002 (mungkin lebih awal lagi). Selain itu Edison GE bahkan sudah membuat PowerDesk yang bersifat masal. Ada juga produk yang disebut SplashPower yang mirip dengan PowerDesk. Meskipun tidak persis seperti yang saya bayangkan waktu itu namun paling tidak khayalan saya sudah diwujudkan oleh para ilmuwan di balik produk-produk tersebut.
Sebenarnya ada lagi produk khayalan yang ingin saya lihat yaitu flash disk dengan konektifitas bluetooth. Flash disk cukup dikalungkan di leher dengan kode pemasang (pairing) yang sudah kita isi sebelumnya. Kita tidak perlu mencolokkan flash disk tersebut ke USB. Sudah adakah produk seperti ini?
Monday, May 09, 2005
Bahasa Indonesia 'Tabrak Lari'
Tulisan ini bukan hujatan, bukan pula kecaman, hanya sebuah kesedihan
akan fenomena berbahasa yang menurut saya menyedihkan dan kerap menjadi bahan pemikiran saya. Dalam tulisan ini pula, saya tidak ingin menyalahkan siapapun, hanya mengungkapkan fenomena dan butuh masukan, apa yang perlu dibenahi bersama.
Saya selalu mengamati perkembangan bahasa Indonesia terutama masalah kosa kata yang berasal dari bahasa asing, meski banyak juga yang luput dari perhatian saya karena saya bukan praktisi bahasa. Dari dulu saya tertarik dengan bahasa namun tidak terlalu berminat untuk menjadikan bahasa sebagai pilihan bidang profesi. Bahasa saya anggap sebagai salah satu alat utama untuk berkomunikasi dan komunikasi ini mutlak terjadi dalam bidang profesi apapun.
Fenomena yang terjadi di masyarakat kita adalah penggunaan bahasa yang menurut saya kurang cermat. Penggunaan kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia mestinya bisa dihindari. Di berbagai bidang ilmu ini kerap terjadi. Yang paling sering adalah pada bidang teknologi dan ekonomi. Dalam tulisan ini saya ingin membahas yang berkenaan dengan bidang teknologi khususnya teknologi informasi.
Dalam konteks teknologi informasi, banyak sekali kata-kata Inggris yang sering kita ucapkan dalam penggunaan sehari-hari, meskipun cukup banyak di antaranya yang sudah ada padanan bahasa Indonesianya. Tidak digunakannya bentuk padanan Indonesianya ini, menurut saya, disebabkan dua faktor utama: (1) ketidaktahuan akan padanan tersebut dan (2) keengganan menggunakannya karena berbagai alasan. Faktor yang pertama disebabkan tidak adanya akses ke sumber padanan istilah. Penyebab ini semestinya bisa diatasi jika mau mencari sumber tersebut. Faktor yang kedua memiliki berbagai alasan di antaranya: (1) merasa canggung dengan istilah yang diindonesiakan karena memang sebagian tidak umum digunakan dan (2) merasa istilah dalam bahasa Inggrisnya lebih 'keren' diucapkan. Mestinya kita tidak perlu canggung menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia. Jika bukan kita, siapa lagi? Apakah kita menunggu orang asing yang menggunakannya?
Dalam Panduan Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi Presiden No. 2 tahun 2001 tentang Penggunaan Komputer Dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia(sumber:http://vlsm.org/etc/baku-0.txt), terdapat senarai padanan istilah yang bisa kita gunakan. Meskipun ada beberapa hal yang perlu kita cermati bersama, misalnya:
1. cache memory padanannya memori tembolok, memori singgahan
catatan: ada dua padanan, mengapa tidak ditetapkan salah satu saja? Jika memang ada dua penafsiran untuk dua kondisi yang berbeda tentu tidak jadi masalah
2. IP (identification personal) address padanannya alamat PI (personal
identifikasi)
catatan: setahu saya, IP merupakan singkatan dari Internet Protocol dan mestinya diterjemahkan sebagai Protokol Internet.
Terlepas dari beberapa permasalahan tersebut (dua di antaranya saya kutip dan beri catatan di atas), sebagian besar padanan istilah tersebut bisa kita gunakan. Tetapi memang menggunakannya gampang-gampang susah karena istilah komputer lebih akrab versi Inggrisnya untuk didengar. Sebagai contoh, saya pernah meminta kertas pada seseorang untuk mencetak suatu berkas. "Bisa minta kertas? Saya mau mencetak..." kata saya pada orang tersebut (maaf, ada bagian yang disamarkan menyangkut masalah etika karena ini kisah nyata)."Nyetak?" melihat dia bertanya balik dengan muka bingung maka saya katakan "Ngeprint". "O, ngeprint, kenapa bapak nggak bilang dari tadi?" katanya sambil tersenyum dan memberikan beberapa lembar kertas. Ternyata bagi orang tersebut istilah "ngeprint" lebih bermakna konotatif daripada "mencetak" untuk kasus mencetak dari komputer. Dalam bahasa lisan, kata "ngeprint" tersebut tidak salah namun ada baiknya kita membiasakan menggunakan padanannya.
Ada satu lagi fenomena kekurangcermatan berbahasa yang menurut istilah saya adalah "bahasa tabrak lari". Fenomena yang saya maksudkan adalah mencampuradukkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Fenomena ini kerap terjadi baik pada forum formal maupun non formal. Bahkan, dalam tatap muka kegiatan berlajar mengajar di perguruan tinggipun hal ini kerap terjadi. Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam konteks teknologi informasi.
Masyarakat umum cenderung untuk mencontoh dalam berbahasa. Apa yang didengar dan dibaca dari buku dan media massa biasanya ditiru. Mestinya kondisi ini bisa dimanfaatkan para penulis buku dan artikel di media cetak untuk mendidik masyarakat dalam penggunaan istilah ini. Jika istilah tersebut sering dibaca, tentu tidak akan menjadi sesuatu yang asing lagi. Sebagai contoh ketika istilah "privatisasi" muncul dan media massa memuatnya dalam berita di media elektronik dan cetak, dalam waktu sebentar saja istilah itu sudah akrab terdengar. Padahal, sebelumnya sudah ada istilah "swastanisasi" yang memiliki arti yang sama (dan terlupakan?). Coba bayangkan betapa media massa bisa menjadi media sosialisasi yang ampuh.
Dari pengamatan saya akan beberapa majalah dan tabloid yang isinya tentang teknologi informasi, sebagian besar masih menggunakan istilah komputer dalam bahasa Inggris. Namun ada salah satu tabloid yang nampaknya berusaha keras untuk menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia. Ada juga yang menggunakan istilah yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia dan menggunakan istilah Inggris untuk yang tidak umum.
Istilah yang sering digunakan secara salah adalah kata peranti. Seringkali istilah ini digunakan dalam "peranti lunak" dan "peranti keras", mestinya "perangkat lunak" dan "perangkat keras". Kata peranti menurut hemat saya adalah padanan dari kata "device".
Siapakah atau lembaga apakah yang semestinya berperan dalam mensosialisasikan istilah-istilah ini? Pusat bahasa, media massa, perguruan tinggi, atau kita semua? Silahkan anda komentari tulisan ini.
akan fenomena berbahasa yang menurut saya menyedihkan dan kerap menjadi bahan pemikiran saya. Dalam tulisan ini pula, saya tidak ingin menyalahkan siapapun, hanya mengungkapkan fenomena dan butuh masukan, apa yang perlu dibenahi bersama.
Saya selalu mengamati perkembangan bahasa Indonesia terutama masalah kosa kata yang berasal dari bahasa asing, meski banyak juga yang luput dari perhatian saya karena saya bukan praktisi bahasa. Dari dulu saya tertarik dengan bahasa namun tidak terlalu berminat untuk menjadikan bahasa sebagai pilihan bidang profesi. Bahasa saya anggap sebagai salah satu alat utama untuk berkomunikasi dan komunikasi ini mutlak terjadi dalam bidang profesi apapun.
Fenomena yang terjadi di masyarakat kita adalah penggunaan bahasa yang menurut saya kurang cermat. Penggunaan kata asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia mestinya bisa dihindari. Di berbagai bidang ilmu ini kerap terjadi. Yang paling sering adalah pada bidang teknologi dan ekonomi. Dalam tulisan ini saya ingin membahas yang berkenaan dengan bidang teknologi khususnya teknologi informasi.
Dalam konteks teknologi informasi, banyak sekali kata-kata Inggris yang sering kita ucapkan dalam penggunaan sehari-hari, meskipun cukup banyak di antaranya yang sudah ada padanan bahasa Indonesianya. Tidak digunakannya bentuk padanan Indonesianya ini, menurut saya, disebabkan dua faktor utama: (1) ketidaktahuan akan padanan tersebut dan (2) keengganan menggunakannya karena berbagai alasan. Faktor yang pertama disebabkan tidak adanya akses ke sumber padanan istilah. Penyebab ini semestinya bisa diatasi jika mau mencari sumber tersebut. Faktor yang kedua memiliki berbagai alasan di antaranya: (1) merasa canggung dengan istilah yang diindonesiakan karena memang sebagian tidak umum digunakan dan (2) merasa istilah dalam bahasa Inggrisnya lebih 'keren' diucapkan. Mestinya kita tidak perlu canggung menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia. Jika bukan kita, siapa lagi? Apakah kita menunggu orang asing yang menggunakannya?
Dalam Panduan Pembakuan Istilah, Pelaksanaan Instruksi Presiden No. 2 tahun 2001 tentang Penggunaan Komputer Dengan Aplikasi Komputer Berbahasa Indonesia(sumber:http://vlsm.org/etc/baku-0.txt), terdapat senarai padanan istilah yang bisa kita gunakan. Meskipun ada beberapa hal yang perlu kita cermati bersama, misalnya:
1. cache memory padanannya memori tembolok, memori singgahan
catatan: ada dua padanan, mengapa tidak ditetapkan salah satu saja? Jika memang ada dua penafsiran untuk dua kondisi yang berbeda tentu tidak jadi masalah
2. IP (identification personal) address padanannya alamat PI (personal
identifikasi)
catatan: setahu saya, IP merupakan singkatan dari Internet Protocol dan mestinya diterjemahkan sebagai Protokol Internet.
Terlepas dari beberapa permasalahan tersebut (dua di antaranya saya kutip dan beri catatan di atas), sebagian besar padanan istilah tersebut bisa kita gunakan. Tetapi memang menggunakannya gampang-gampang susah karena istilah komputer lebih akrab versi Inggrisnya untuk didengar. Sebagai contoh, saya pernah meminta kertas pada seseorang untuk mencetak suatu berkas. "Bisa minta kertas? Saya mau mencetak..." kata saya pada orang tersebut (maaf, ada bagian yang disamarkan menyangkut masalah etika karena ini kisah nyata)."Nyetak?" melihat dia bertanya balik dengan muka bingung maka saya katakan "Ngeprint". "O, ngeprint, kenapa bapak nggak bilang dari tadi?" katanya sambil tersenyum dan memberikan beberapa lembar kertas. Ternyata bagi orang tersebut istilah "ngeprint" lebih bermakna konotatif daripada "mencetak" untuk kasus mencetak dari komputer. Dalam bahasa lisan, kata "ngeprint" tersebut tidak salah namun ada baiknya kita membiasakan menggunakan padanannya.
Ada satu lagi fenomena kekurangcermatan berbahasa yang menurut istilah saya adalah "bahasa tabrak lari". Fenomena yang saya maksudkan adalah mencampuradukkan bahasa Inggris dan bahasa Indonesia baik dalam bahasa lisan maupun tulisan. Fenomena ini kerap terjadi baik pada forum formal maupun non formal. Bahkan, dalam tatap muka kegiatan berlajar mengajar di perguruan tinggipun hal ini kerap terjadi. Fenomena ini tidak hanya terjadi dalam konteks teknologi informasi.
Masyarakat umum cenderung untuk mencontoh dalam berbahasa. Apa yang didengar dan dibaca dari buku dan media massa biasanya ditiru. Mestinya kondisi ini bisa dimanfaatkan para penulis buku dan artikel di media cetak untuk mendidik masyarakat dalam penggunaan istilah ini. Jika istilah tersebut sering dibaca, tentu tidak akan menjadi sesuatu yang asing lagi. Sebagai contoh ketika istilah "privatisasi" muncul dan media massa memuatnya dalam berita di media elektronik dan cetak, dalam waktu sebentar saja istilah itu sudah akrab terdengar. Padahal, sebelumnya sudah ada istilah "swastanisasi" yang memiliki arti yang sama (dan terlupakan?). Coba bayangkan betapa media massa bisa menjadi media sosialisasi yang ampuh.
Dari pengamatan saya akan beberapa majalah dan tabloid yang isinya tentang teknologi informasi, sebagian besar masih menggunakan istilah komputer dalam bahasa Inggris. Namun ada salah satu tabloid yang nampaknya berusaha keras untuk menggunakan istilah dalam bahasa Indonesia. Ada juga yang menggunakan istilah yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia dan menggunakan istilah Inggris untuk yang tidak umum.
Istilah yang sering digunakan secara salah adalah kata peranti. Seringkali istilah ini digunakan dalam "peranti lunak" dan "peranti keras", mestinya "perangkat lunak" dan "perangkat keras". Kata peranti menurut hemat saya adalah padanan dari kata "device".
Siapakah atau lembaga apakah yang semestinya berperan dalam mensosialisasikan istilah-istilah ini? Pusat bahasa, media massa, perguruan tinggi, atau kita semua? Silahkan anda komentari tulisan ini.
Saturday, May 07, 2005
Sumberdaya Manusia TI
Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk yang cukup besar. Dengan demikian negara ini kaya akan potensi sumberdaya manusia di segala bidang. Tak terkecuali sumberdaya manusia di bidang teknologi informasi. Kalau kita perhatikan, berapa banyak pengguruan tinggi yang memiliki fakultas, jurusan, atau bahkan sekolah tinggi yang khusus untuk bidang TI. Begitu banyak lulusan dari perguruan tinggi tersebut setiap tahun bahkan setiap semesternya. Mulai dari gelar diploma, sarjana, master, maupun doktor bisa diperoleh di dalam negeri. Belum lagi sertifikasi berbagai bidang keahlian TI yang banyak tersedia.
Apakah orang Indonesia memiliki sumber daya TI yang memadai? Menurut saya, banyak sekali orang-orang TI yang bahkan memiliki kepakaran tertentu di negeri ini. Memang belum begitu mendunia seperti orang-orang India atau Cina. Tapi saya yakin, orang Indonesia pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Coba saja sambangi milis-milis berbau TI. Dari sana kita bisa menyimpulkan, meski tidak akurat, bahwa ternyata banyak orang Indonesia yang jago TI. Tinggal lagi masalah peluang dan kesempatan.
Suatu saat, sumberdaya manusia TI Indonesia pasti juga akan mendunia. Peran pemerintah juga sangat diperlukan untuk mendorong kemajuan dan pemberdayaan di bidang ini.
Apakah orang Indonesia memiliki sumber daya TI yang memadai? Menurut saya, banyak sekali orang-orang TI yang bahkan memiliki kepakaran tertentu di negeri ini. Memang belum begitu mendunia seperti orang-orang India atau Cina. Tapi saya yakin, orang Indonesia pun tidak bisa dipandang sebelah mata. Coba saja sambangi milis-milis berbau TI. Dari sana kita bisa menyimpulkan, meski tidak akurat, bahwa ternyata banyak orang Indonesia yang jago TI. Tinggal lagi masalah peluang dan kesempatan.
Suatu saat, sumberdaya manusia TI Indonesia pasti juga akan mendunia. Peran pemerintah juga sangat diperlukan untuk mendorong kemajuan dan pemberdayaan di bidang ini.
Thursday, May 05, 2005
Sidik Jari Siapa yang Punya?
Masih ingat lagu yang ada kata-kata ‘Nona manis siapa yang punya?’ Kalau itu, gampang jawabannya, ada pada lagu itu sendiri. Tapi kalau terjadi tindak kejahatan pembunuhan atau perampokan, pak polisi sibuk mencari sidik jari pelaku yang tertinggal di TKP. Setelah ketemu beberapa sidik jari dan timbul pertanyaan seperti judul di atas, jawabannya akan sulit ditemukan.
Untuk mencocokkan sidik jari yang ditemukan di TKP, polisi tentu harus punya basisdata sidik jari penduduk. Apakah polisi memilikinya? Saya yakin, hanya sebagian kecil saja. Tidak semua penduduk terdaftar sidik jarinya di kepolisian. Jadi ada kemungkinan jika menemukan sidik jari di TKP, pak polisi tidak punya data pembandingnya.
Bagaimana solusinya? Biarlah anda gunakan nalar masing-masing.
Untuk mencocokkan sidik jari yang ditemukan di TKP, polisi tentu harus punya basisdata sidik jari penduduk. Apakah polisi memilikinya? Saya yakin, hanya sebagian kecil saja. Tidak semua penduduk terdaftar sidik jarinya di kepolisian. Jadi ada kemungkinan jika menemukan sidik jari di TKP, pak polisi tidak punya data pembandingnya.
Bagaimana solusinya? Biarlah anda gunakan nalar masing-masing.
Kita Bakal Punya SIN
SIN memang berasal dari bahasa Inggris. Tapi yang dimaksud di sini bukan yang berarti ‘dosa’ melainkan singkatan dari Single Identity Number. Dengan nomor identitas tunggal ini, kita tidak perlu memiliki beberapa nomor identitas seperti sekarang ini. Saat ini kita punya nomor KTP, nomor SIM, nomor paspor, NPWP dan lain sebagainya. Nantinya dengan SIN, kita hanya punya satu nomor identitas saja.
Aceh Bakal Dipasangi WiMax
Rehabilitasi pasca bencana tsunami di Aceh membawa hikmah tersendiri bagi dunia teknologi informasi di Aceh. Dalam waktu dekat akan dipasang infrastruktur WiMax di sana. Ini berkat bantuan dari Intel bagi Aceh. Sebetulnya perangkat tersebut mestinya sudah tiba dan mulai dipasang namun terhambat masalah perizinan.
Kabarnya teknologi yang digunakan belum WiMax yang sesungguhnya (loh?) tapi yang disebut Pre-WiMax atau dengan kata lain selangkah sebelum WiMax. Gelombang Pre-WiMax belum bisa menembus gedung melainkan hanya memantul saja. Namun demikian, daya jangkaunya sama-sama mencapai 50 km.
Kapan ya, seluruh Indonesia, minimal kota-kota besar akan dipasangi infrastruktur WiMax? Nampaknya masih sangat lama. Masih perlu banyak pembenahan di sisi peraturan, birokrasi dan lain sebagainya untuk memudahkan implementasinya.
Kabarnya teknologi yang digunakan belum WiMax yang sesungguhnya (loh?) tapi yang disebut Pre-WiMax atau dengan kata lain selangkah sebelum WiMax. Gelombang Pre-WiMax belum bisa menembus gedung melainkan hanya memantul saja. Namun demikian, daya jangkaunya sama-sama mencapai 50 km.
Kapan ya, seluruh Indonesia, minimal kota-kota besar akan dipasangi infrastruktur WiMax? Nampaknya masih sangat lama. Masih perlu banyak pembenahan di sisi peraturan, birokrasi dan lain sebagainya untuk memudahkan implementasinya.
Lagu Bagus Dewa
Saya tahu ini bukan isu baru tapi baru bisa punya kesempatan menulis tentang ini. Beberapa minggu terakhir ini masalah logo Dewa dari album "Laskar Cinta" hampir setiap hari dibahas di hampir semua tv swasta di Indonesia. Pihak FPI menuding keras penggunaan logo yang diambil dari kaligrafi yang bertuliskan Allah dan dipakai di album tersebut serta atribut-atribut konser Dewa.
Dalam salah satu dialog di sebuah tv swasta, sang reporter mempertanyakan kepada salah satu perwakilan MUI yang diundang ke dialog tersebut tentang keputusan MUI yang mengijinkan penggunaan logo tersebut sedangkan lagu-lagu Dewa kebanyakan bertema cinta pada lawan jenis. Saya sependapat dengan sang reporter, jika memandang album Dewa secara keseluruhan. Namun jika kita batasi permasalahan, tentu tidak bijak memandang album Dewa secara keseluruhan karena yang dipermasalahkan adalah album 'Laskar Cinta'. Mungkin lebih bijak kalau yang ditinjau adalah lirik lagu dalam album tersebut saja karena logo yang dipermasalahkan adalah logo dari album tersebut.
Dalam salah satu dialog di sebuah tv swasta, sang reporter mempertanyakan kepada salah satu perwakilan MUI yang diundang ke dialog tersebut tentang keputusan MUI yang mengijinkan penggunaan logo tersebut sedangkan lagu-lagu Dewa kebanyakan bertema cinta pada lawan jenis. Saya sependapat dengan sang reporter, jika memandang album Dewa secara keseluruhan. Namun jika kita batasi permasalahan, tentu tidak bijak memandang album Dewa secara keseluruhan karena yang dipermasalahkan adalah album 'Laskar Cinta'. Mungkin lebih bijak kalau yang ditinjau adalah lirik lagu dalam album tersebut saja karena logo yang dipermasalahkan adalah logo dari album tersebut.
Wednesday, May 04, 2005
Susah juga jadi manusia
Sebagai mahluk Allah, manusia memiliki hak dan kewajiban.
Kalau masalah hak, tidak usah dibilang, banyak sekali kita diberi hak oleh Allah.
Yang jadi masalah adalah kewajiban kita. Secara garis besar kita memiliki kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada sesama mahluk Allah.
Seringkali kita lalai menjalankan kewajiban kita, terutama saya sendiri. Seringkali tatkala merenung sendiri, saya begitu sedih memikirkan betapa banyak kewajiban saya yang terlalaikan, baik kepada Allah maupun kepada mahluknya. Ini semua karena ketakmampuan mengatur diri sendiri. Bagaimana mau jadi pemimpin ya?
Semoga Allah selalu mengampuni saya dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus.
Alangkah bahagianya jika selalu berada di jalan yang lurus itu. Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah. Bukan jalan orang-orang yang Allah murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Kalau masalah hak, tidak usah dibilang, banyak sekali kita diberi hak oleh Allah.
Yang jadi masalah adalah kewajiban kita. Secara garis besar kita memiliki kewajiban kepada Allah dan kewajiban kepada sesama mahluk Allah.
Seringkali kita lalai menjalankan kewajiban kita, terutama saya sendiri. Seringkali tatkala merenung sendiri, saya begitu sedih memikirkan betapa banyak kewajiban saya yang terlalaikan, baik kepada Allah maupun kepada mahluknya. Ini semua karena ketakmampuan mengatur diri sendiri. Bagaimana mau jadi pemimpin ya?
Semoga Allah selalu mengampuni saya dan memberi petunjuk ke jalan yang lurus.
Alangkah bahagianya jika selalu berada di jalan yang lurus itu. Jalan orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah. Bukan jalan orang-orang yang Allah murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat.
Subscribe to:
Posts (Atom)