Para praktisi, akademisi, atau sekedar pengguna teknologi informasi biasa kerap kali menggunakan istilah-istilah teknis berbahasa Inggris yang kerap kali membingungkan orang 'awam'. Tak jarang, orang yang tidak mengerti istilah-istilah ini disebut sebagai
gaptek, ketinggalan jaman, atau mengalami kesenjangan digital (
digital divide). Dalam kesempatan bicara di muka umum, seminar misalnya, bahasa campuran Inggris-Indonesia pun sering digunakan. Semakin bingunglah orang awam. Ditambah lagi dengan pelafalan kata-kata Inggris yang 'kurang pas'.
Nampaknya kurang afdol jika tidak menggunakan istilah-istilah tersebut dan mau tidak mau memang mesti digunakan. Seakan tidak ada cara lain yang bisa ditempuh untuk mendidik masyarakat umum tentang teknologi informasi. Saya pernah membaca pengalaman seorang teman yang berbicara pada sebuah seminar TI yang hadirinnya adalah para siswa SMU. Para hadirin nampak tanpa ekspresi mendengarkan apa yang beliau sampaikan. Tak heran kalau hal itu terjadi. Memang harus kita akui bahwa komunitas TI seolah kamu eksklusif dengan segala
jargon-nya.